Jumat, 13 Juli 2012

Hari ini, Jumat 13 Juli 2012, merupakan hari rutin pengajian Umum di Musalla Al Abror Hamzanwadi Pancor, namun ada yang beda pada moment pengajian rutin kali ini. Apa yang beda? Tidak seperti biasanya, Pengajian Jumat Pagi yang bertempat di Musalla Al Abror kali ini terlihat beda dengan hadirnya para Thullab dan Thalibat Ma’had Darul Qur’an wal Hadits dengan pakaian resmi mereka yang biasanya pada hari Jumat para Thullab Thalibat mengikuti pengajian Muasalla Al Abror menggunakan pakaian bebas dan berbaur dengan Jama’ah umum karna hari Jumat adalah hari libur kulyah/ngaji. Lantas ada apa? Dua hari menjelang acara puncak peringatan Hultah NWDI ke-77 sekaligus Haul AlMagfurulahu Maulana Syeikh KH. M. Zainuddin Abdul Madjid ke-15 di Pancor, cucu beliau, DR. KH. M. Zainul Majdi, MA, menyempatkan diri mengisi pengajian rutin Musalla Al Abror yang awalnya dibuka dan diawali oleh TGH. Husnudduat, S.Ag, namun setelah beberapa menit TGH Husnudduat memberikan tausiah dan siraman rohani, DR. KH. M Zainul Majdi yang terkenal dikalangan Nahdliyyin dengan nama TGB, datang dan disambut hangat oleh TGH. Husnudduat. Beliaupun mempersilahkan Bapak TGB untuk melanjutkan pengajian. Dalam pengajiannya, Bapak TGB menyampaikan banyak hal tentang bagaimana para ulama salaf mempersiapkan diri untuk memasuki Bulan Suci Ramadan, beliau mengatakan bahwa jika Ramadhan akan tiba para genarasi salaf menumpahkan perhatian mereka terhadap alqur’an dengan membaca dan mentadabburinya, mereka juga mengeluarkan zakat harta dan diberikan kepada para fakir miskin agar mereka kuat melaksanakan puasa pada bulan Ramadan. Beliau juga menjelaskan bahwa Puasa Ramadhan bukanlah ibadah mustaqillah yang terlepas dari ibadah lain atau sebelumnya, artinya untuk mencapai puasa yang baik harus diawali dengan persiapan-persiapan yang baik untuk menyambutnya. Dan banyak lagi yang beliau jelaskan, terutama tentang penyucian hati. Beliau menjelaskan pula bahwa pada malam nisfu sya’ban ada beberapa golongan yang tidak diberikan ampunan oleh allah SWT diantaranya orang yang menyekutukan Allah SWT, pecandu minuman keras, orang yang durhaka pada orang tua serta orang yang menyimpan kebencian terhadap orang lain. Sungguh beliau bagaikan lautan ilmu tak bertepi. Apakah itu sja yang beda pada hari ini? Ada lagi, yaitu kedatangan Syeikh Muhammad bin Ismail Zein Al Makky ke Musalla Al Abror di saat Bapak TGB sedang memberikan pengajian. Setelah menutup tausiahnya Bapak TGB mempersilakan Syeikh Muhammad untuk memberikan tausiah kepada jamaah. Beliaupun akhirnya memberikan tausiah dengan didampingi oleh seorang penerjemah. Beliau menyampaikan banyak hal, terutama tentang perbedaan yang terdapat dikalangan muslim, perbedaan bahasa, etnis, daerah dan sebagainya yang bukan sebagai sebab perpecahan namun justru menambah khazanah dunia islam. Islamlah yang menyatukan semua perbedaan itu. Beliau juga mengatakan ada 3 pokok nikmat Allah yaitu Iman, Sehat dan Ilmu. Beliau menjelaskan syarat ilmu yang bermanfaat yaitu ikhlas dituntut karena Allah, menambah ketakwaan dan bisa diajarkan kepada ummat… Wallahu A’lam bish showab… Shohibukumul Muhibb Ibnu Aby Shalihin…..
Hari Ahad, 15 Juli 2012 merupakan hari yang ditunggu-tunggu oleh seluruh generasi Nahdlatul Wathan karena hari tersebut merupakan hari puncak peringatan HULTAH AKBAR NWDI Ke-77 sekaligus Haul AlMagfurulahu Maulana Syeikh KH. M. Zainuddin Abdul Madjid yang ke-15 (Pendiri NWDI, NBDI dan NW) yang bertempat di tanah kelahirannya Desa Pancor Lombok Timur. Sebelumnya, kegiatan seriupa juga diperingati di Anjani pada tanggal 08 Juli 2012 yang Alhamdulillah dihadiri oleh para alim ulama dan tokoh kita. Itu semua menunjukkan kebesaran, kemuliaan serta keikhlasan sang pendiri yaitu AlMagfurulahu sendiri dalam berjuang menegakkan islam melalui Nahdlatul Wathan. oleh sebab itu, selayaknyalah bagi semua kader, pencinta dan simpatisan serta kaum muslimin di manapun berada untuk menghadiri kegiatan tersebut sebagai bentuk ta'zim dan takrim kita kepada sosok ulama yang menjadi reformer gerakan keagamaan di daerah kita tercinta. Kegiatan Hultah yang diadakan baik di Pancor maupun Anjani merupakan bentuk syukur kita kehadirat Allah SWT serta ungkapan cinta kita kepada sang pendiri yang dengan segala daya dan perjuangan telah berusaha memberikan yang terbaik kepada Bangsa, kepada kita semua, kepada ummat islam. Maka sungguh tidak layak jika ada orang yang tidak suka melihat NWDI/NW berkembang dengan layak. NW adalah sumbangan putra terbaik Sasak terhadap Indonesia, terhadap Ummat Islam sedunia. Sehingga tidak lagi menjadi milik perorangan tapi milik Ummat, maka siapapun yang mengaku Islam memiliki kewajiban untuk menjaga dan mengembangkannya. Semoga Allah selalu memberi taufik kepada kita sehingga mampu melihat kebaikan betul-betul sebagai suatu kebaikan dan kejahatan betul-betul menjadi suatu kejahatan, bukan sebaliknya kebaikan dianggap sebuah kejahatan dan kejahatan justru diperjuangkan karena dianggap sebuah kebaikan. Selamat Hultah NWDI ke-77 dan Haul AlMagfurulahu KH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid yang ke- 15, Semoga NWDI semakin jaya…… Shohibukumul Muhibb Ibn Aby Shalihin….

Selasa, 17 Mei 2011

Mengenal TGKH Zainuddin Abdul Madjid

TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid yang nama kecilnya Muhammad Saggaf dilahirkan pada hari Rabu, 17 Rabi’ul Awal 1326H (1904 M)1 di kampung Bermi, Desa Pancor, Kecamatan Rarang Timur (sekarang Kecamatan Selong) Lombok Timur, NTB. Beliau lahir dari pasangan TGH Abdul Madjid dengan seorang wanita salehah dari Kelayu yang terkenal dengan nama Hajjah Halimatussa’diyah. Beliau diasuh dan dibesarkan lansung oleh orang tuanya yaitu TGH Abdul Madjid dan Hj Halimatussa’diyah. Sejak berusia 5 tahun, beliau belajar membaca Al-Qur’an dan dasar-dasar Agama pada ayahnya dan pada usia 8 tahun beliau masuk Sekolah Rakyat 4 tahun di Selong dan tamat dengan prestasi yang gemilang pada tahun 1919M.
Pengembaraan TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid kecil dalam menuntut ilmu agama

dilanjutkan pada beberapa Tuan Guru lokal saat itu, seperti Tuan Guru Haji Syarafuddin, Tuan Guru Haji Muhammad Sa’id Pancor, dan Tuan Guru Haji Abdullah bin Amaq Dulaji Kelayu. Dari beberapa Tuan Guru local ini, TGKH Zainuddin Abdul Madjid kecil selain mempelajari ilmu agama juga mempelajari ilmu semantic gramatika bahasa Arab.
Dalam usia 15 tahun, beliau melanjutkan studinya ke tanah suci Makkah. Di Makkah, beliau belajar kepada beberapa Syaikh, diantaranya Syaikh Marzuki seorang keturunan Arab kelahiran Palembang, Syaikh Marzuki sudah lama tinggal di Makkah dan menjadi salah seorang tenaga pengajar di Masjidil Haram. Setelah lebih dari setahun beliau belajar di Masjidil Haram dari para ulama terkemuka zaman itu, pecahlah perang antara orang Saudi dan Syarif Husein, sehingga kegiatan pengajian di Masjidil Haram tidak bisa berlansung seperti biasa. Kesempatan itu dimanfaatkan untuk belajar sendiri. Ditelaahnya berjilid-jilid buku tarikh islam, biograpi para ulama dan lain-lain. Dua tahun kemudian sesudah situasi dan kondisi Tanah Suci normal kembali, beliau mulai lagi belajar pada ulama besar di Masjidil Haram dan kadang-kadang dirumah ulama-ulama itu sendiri. Kemudian pada tahun 1345H(1927M) atas ajakan seorang temannya yaitu Haji Mawardi Betawi, beliau melanjutkan studinya ke Madrasah Al-Shaulatiyah yang pada saat itu dipimpin oleh Syaikh Salim Rahmatullah cucu Syaikh Rahmatullah pendiri madrasah tersebut.
Dengan kemampuan intelektualitasnya yang sanga tinggi, didukung oleh keuletan dan ketekunan, beliau memperoleh prestasi akademik yang sangat prestisius. Beliau berhasil meraih peringkat pertama sekaligus menjadi juara umum. Di samping itu, dengan kecerdasannya yang sangat tinggi, beliau berhasil menyelesaikan studinya dalam waktu yang sangat singkat, yaitu 6 tahun dari 9 tahun yang seharusnya. Beliau berhasil menyelesaikan studinya di Madrasah Al-Shaulatiyah pada tahun 1351H/1933M, dengan predikat Mumtaz (Istimewa). Dengan predikat tersebut beliau memperoleh perlakuan yang istimewa dari almamaternya.
Setelah menyelesaikan studinya, beliau melanjutkan pengambaraannya menuntut ilmu agama di Mekkah selama 2 tahun, sambil menunggu adiknya Muhammad Faisal, yang masih belajar. Pada kesempatan itu, beliau belajar fiqh pada Syaikh Abdul Hamid Abdullah Al-Yamani. Dengan demikian, waktu belajar beliau tidak kurang dari 12 tahun. Dalam studinya, beliau menekuni berbagai macam disiplin ilmu agama, seperti ilmu fiqh, tajwid, hadits, tasawwuf, tauhid dan bahkan ilmu politik. Beliau belajar pada berbagai guru yang tidak hanya memiliki specialisasi yang berbeda, tapi juga berlatarbelakang mazhab yang berbeda. Meskipun demikian, beliau masih berada dalam satu faham teologis, yaitu Ahlussunnah wal Jama’ah.
Diantara guru-guru yang paling dekat dengan beliau adalah Maulanasyaikh Hasan Muhammad Al-Masysyath yang terkenal dan dikagumi oleh murid-muridnya disamping karena kapabilitas keilmuannya yang sangat tinggi, juga metode pembelajarannya cukup variatif dan menyenangkan, serta sikapnya yang senang mengunjungi murid-muridnya yang sakit. Ia juga senang bersedekah secara diam-diam.
Demikian, setelah menghabiskan umur beliau dalam dakwah Islam, mendirikan sekolah, masjid dan sebagainya, beliaupun menghadap Allah SWT pada hari Selasa tanggal 20 Jumadil Akhir 1418H/21 Oktober 1997 M pukul 19:57 WITA dan dimakamkan di komplek “Al-Abror” Pondok Pesantren Darunnahdlatain NW Pancor. Beliau meninggal dunia dalam keadaan tenang, damai serta memancarkan cahaya di wajah beliau. Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un.

1. Terdapat perbedaan pendapat perihal tahun kelahiran beliau di kalangan penulis sejarah KH Muhammad Zainuddin Abd Madjid. perbedaan tersebut tidak hanya pada penulisan angka masehi saja, tapi juga pada angka tahun hijriah.

Sabtu, 18 Desember 2010

Tuntutan Zaman

Menjadi orang yang berilmu, terutama tentang ilmu agama, adalah kebutuhan yang tidak bisa dielakkan lagi. suatu keniscayaan bahwa peradaban manusia akan selalu semakin berkembang. lantas, apakah perkembangan tersebut akan menuju perkembangan yang 100% positiv? ternyata tidak. banyak hal yang telah terlupakan berupa nilai-nilai luhur kemanusiaan. seiring dengan majunya ilmu pengetahuan, peradaban manusia semakin penuh dengan fenomena yang bervariasi. suatu tantangan bagi orang yang merasa masih memiliki kesadaran untuk membekali diri dengan hal-hal positiv yang bisa menjaganya melewati masa yang mungkin akan kelam.

Sebuah Anugerah

assalamualaikum wr wb... kawan2!

Pernahkah merenungi kalau suatu saat kita akan tiada?  Lantas kita akan menjadi kenangan orang-orang yang hidup setelah kita?  Hidup adalah sebuah anugerah yang tak ternilai harganya yang Allah SWT berikan pada kita semua. Sebuah anugerah yang seharusnya kita gunakannya dijalan yang Ia kehendaki.